1. Madzhab Imam Abu Hanifah
- Dialah Al Imâm Abu Hanifah An Nu'man ibn
Tsabit ibn Zutho, Mawla(budak) Tayyimillah Ibn Tsa'labah. Lahir di Kufah(Irak
hari ini) pada tahun 80 H, dan wafat di Banghdad tahun 150 H dalam usia 70
tahun.
Beliau dikenal sebagai Ashab ar-Ra'yi, dan
Faqih Ahli Iraq. Imam Ad-Dzahabi menggelarinya dalam Tadzkirah AlHuffadz,
"Abu Hanifah : Al Imam Al A'dzam dan Faqih al Iraq".
Beliau mengambil fiqh dari Hammad Ibn Abi
Sulayman, dan pada zamannya sahabat yang masih hidup ialah : Anas Ibn Malik,
Abdullah Ibn Abi Aufa, Sahl Ibn Sa'd, dan Abu Thufayl, akan tetapi beliau tidak
mengambil fiqh dari mereka.
Beliau pernah menemui Anas Ibn Malik, dan
mendengar halqah ilmu dari Atha Ibn Abi Rabah, Abu Ishaq As Subay'i, Muharib
Ibn Ditsar, Haytsam Ibn Habib Al Arraf, Qays Ibn Muslim, Muhammad Ibn Al
Munkadir, Nafi' mawla Abdillah Ibn Umar, Hisyam Ibn Urwah, Yazid Al Faqir,
Simak Ibn Harb, Alqamah Ibn Murtsid, Athiyyah Al Ufi, Abd Al aziz Ibn Rafi',
Abdul Karim Abu Umayyah, dan yang lainnya.
Dan meriwayatkan ilmu darinya : Abu Yahya Al
Hamaniy, Husyaim Ibn Basyir, Abbad Ibn Al Awwam, Abdullah Ibn Al Mubarak, Waki
Ibn Al Jarrah, Yazid Ibn Harun, Ali Ibn Ashim, Yahya Ibn Nashr, Qadli Abu Yusuf,
Muhammad Ibn Hasan As Syaibani(Guru Imam Syafi'i), Amr Ibn Muhammad, Haudah Ibn
Khalifah, Abu Abdirrahman Al Muqri, Abdurrazzaq Ibn Hammam, dan lain lain.
Dari Bisyr Ibn Al Walid : Al Manshur Abu
Ja'far khalifah pada masa itu mengutus seseorang kepada Abu hanifah agar ia
bersedia menjadi Qadli. Akan tetapi Abu Hanifah menolak. Maka sang utusan
bersumpah agar Abu Hanifah berkenan, akan tetapi Abu Hanifah pun bersumpah
bahwa selamanya ia tidak berkenan. Akibat inilah akhirnya Abu Hanifah di
penjara, dan wafat dalam penjara.
Abu Hanifah mengatakan : "Aku memasuki
Kota Bashrah dan aku berpikir bahwa tidak akan ada satu soal pun yang tidak aku
jawab. Ternyata ahli Bashrah bertanya banyak hal kepada ku tentan apa apa yang
aku tidak dapat menjawab. Sejak itulah aku bertekad untuk tidak meninggalkan
majelis Hammad hingga ia wafat. Aku telah menemaninya selama 18 tahun".
Ia melanjutkan, "Tidak pernah aku sholat
semenjak wafatnya Hammad, kecuali aku mintakan ia ampunan bersama kedua orang
tuaku. Dan aku tidak pernah lalai dalam memintakan ampunan, bagi guru guru ku
maupun murid muridku."
Waki berkomentar tentang Abu Hanifah :
"Belum pernah aku menemui seseorang sefaqih Abu Hanifah. Dan tidak ada
orang yang sholat sebagus sholatnya".
Yahya Ibn Ayyub Az Zahid : "Dahulu Imam
Abu Hanifah senantiasa berjaga(qiyamul layl) dan sedikit tidur".
Imam Abu Hanifah pun dikenal sebagai seorang
tâjir(pedagang) yang sukses.
Sanad Imam Abu Hanifah dalam Fiqh :
Al Laknawi berkata : ".. Imam Abu Hanifah
berpegang pada madzhab Ibrahim An Nakha'i"
Abu Ja'far Al Manshur pernah bertanya kepada
Imam Abu Hanifah, "Dari mana engkau mengambil ilmu?". Abu Hanifah
menjawab : "Dari Hammad Ibn Abi Sulayman, dan ia dari Ibrahim An Nakha'i,
dan ia dari 'Umar Ibn Khattab, dan dari Ali Ibn Abi Thalib, dan dari Abdullah
Ibn Mas'ud, dan dari Ibn Abbas.
Murid-Murid Abu Hanifah
• Qadli Abu Yusuf
Lahir pada tahun 113 H, dan wafat tahun 499 H.
Abu Yusuf berkata : "Aku senantiasa
menemani abu Hanifah 17 tahun. Tidak pernah kutinggalkan ia pagi dan siang,
kecuali jika aku sakit".
Di antara karya beliau :
- Kitab
Al Atsar,
-
Ikhtilaf Ibn Abi Layla wa Abi Hanifah
- Ar Radd 'ala Siyari Al Awza'i
- Al Kharaj
• Muhammad Ibn al Hasan as Syaibani
Lahir pada tahun 132 H di Irak Tengah, akan
tetapi tumbuh besar di Kufah. Ia mendengar Hadits dari Abu Hanifah, Mis'ar,
Sufyan As Tsauri, Umar Ibn Dzar, dan Malik Ibn Mighwal. Sedangkan
murid-muridnya antara lain : As Syafi'i, Abu Sulayman Al Juzjani, Abu Ubayd,
dan lain lain.
Beliau berkata : "Ayahku memberikan
peninggalan 30 ribu dirham. Maka aku infaqkan 15 ribu untuk mempelajari Nahwu,
dan 15 ribu sisanya untuk mempelajari hadits dan fiqh".
Imam Syafi'i berkata tentang beliau :
"Tidak pernah aku temui orang yang paling fasih(jelas dan kuat dalam
memberikan ilmu), selain Ibn Hasan As Syaibani".
Diantara karya Ibn Hasan As Syaibani, ialah :
- Al Jami As Shagir(memuat 1532 permasalahan
seputar Nahwu)
- As Siyar As Shagir
- Ar Raqqiyyat (kitab yang ia tulis tatkala
menjadi Qadli di wilayah Raqqah)
- Al Kasb
- Al Hujjah Al Ma'ruf bil Hujaj fi al Ihtijaj
'ala Ahli Al Madinah
• Imam Zufar
Nama lengkapnya ialah Al Hudzayl Zufar Al
'Anbari Al Bashri. Lahir tahun 110 H, dan wafat tahun 158 H.
Abu Nu'aim berkomentar tentangnya :
"Beliau (Zufar) seorang yang tsiqah(dipercaya) lagi amanah".
ASAS ASAS MADZHAB HANAFI
⏩ Imam Abu Hanifah berkata : "Aku
mengambil hukum dari Kitabullah. Seandainya tidak aku dapatkan, aku
mengambilnya dari As Sunnah. Seandainya tidak aku dapatkan, aku mengambilnya
dari pendapat sahabat. Sebagiannya aku ambil, sebagiannya aku tolak. Aku tidak
keluar dari ucapan mereka(para sahabat) demi memilih pendapat selain sahabat.
Dan adapun jika urusan telah sampai Ibrahim An Nakha'i(maksudnya Ibrahim
berpendapat pada masalah itu), juga
Sya'bi, Ibn Sirrin, Hasan Al Bashri, Atha, dan Said Ibn Al Musayyab.. Maka jika
mereka berijtihad, aku pun berijtihad". (Tarikh Baghdad, 13/36)
⏩ Dikenal sebagai madzhab ahli ra'yi, yakni
banyak melakukan ijtihad dalam menentukan masalah-masalah hukum.
⏩ Dalil dalil syara' bagi Abu Hanifah ada
tujuh : Al Kitab, As Sunnah, Aqwâl As Shahabah, Al Ijma', Qiyas, Istihsan, dan
'Urf.
⏩ Ulama Hanafiyyah memandang bahwa Sunnah
dapat menjadi penjelas bagi AlQur'an manakala membutuhkan penjelasan(dari ayat
tersebut)
⏩ Ulama Hanafiyyah memisahkan antara perintah
yang pasti dalam AlQur'an yang memiliki dilalah yang qath'iy(makna yang jelas
dan pasti), dengan perintah bersifat pasti yang berasal dari sunnah dzanniyyah.
Dan perintah dalam AlQur'an dikatakan sebagai Fardlu, sedangkan perintah dari
As Sunnah dikatakan sebagai Wajib.Begitu pula dengan larangan. Jika ia berasal
dari Al Qur'an, maka disebut sebagai Haram. Dan jika berasal dari sunnah Nabi
dikatakan sebagai Makruh Tahrim.
⏩ Mereka memandang bahwa dalil hadits ahad
yang diriwayatkan oleh orang yang tidak faqih tidak dapat mengalahkan qiyas.
Dalam hal ini, lebih memilih ijtihad dalam masalah itu.
2. Madzhab Imam Malik
Dia adalah Abu Abdillah Malik Ibn Anas Ibn
Malik Ibn Abi Amir Ibn Amr Ibn Al Harist Ibn Ghayman Ibn Khutsayl. Dikenal
sebagai "Imam Daarul Hijrah(Imam Madinah)". Dan salah seorang tabi'ut
tabi'in.
Menghadiri majelis ilmu Nafi', dan Muhammad
Ibn Al Munkadir, Abu Zubair, Az Zuhri, Abdullah Ibn Dinar, Abu Hazim, dan
tabi'in yang lain.
Kemudian meriwayatkan darinya Yahya Al
Anshari, Az Zuhri, Ibn Juraij, Yazid Ibn Abdillah, Al Awza'i, Ats Tsauri, Ibn
Uyainah, Sya'bah, Al Layts Ibn Sa'ad, Ibnul Mubarak, Ibnu Ulayyah, As Syafi'i,
dan Ibn Wahb.
Berkata Imam Bukhari : "Sanad yang paling
shahih(terpercaya) adalah dari Malik, dari Nafi', dari Ibn Umar. (Silsilah
Dzahabiyyah/Riwayat Sanad Emas).
Imam Syafi'i berkomentar tentang Imam Malik :
"Seandainya tidak ada Imam Malik dan Sufyan Ibn Uyainah, maka ilmu akan
hilang dari Bumi Hijaz".
Dan dari Ibn Salamah Al Khuza'i : "Dahulu
Imam Malik jika ingin keluar untuk menyampaikan hadits, ia terlebih dahulu
berwudlu kemudian sholat dua rokaat.Kemudian ia mengenakan pakaian terbaiknya,
dan merapikan janggutnya. Maka ditanyakan kepadanya mengapa begitu, jawab
beliau : "Aku melakukan ini dalam rangka memuliakan Hadits Nabi
shallallahu 'alayhi wasallam".
Imam Malik mengambil ilmu dari 900 Syaikh :
300 diantaranya dari tabi'in(orang yang pernah menjumpai sahabat), dan 600
orang dari pengikut tabi'in ini(tabi'ut tabi'in).
Kota Madinah pada saat itu merupakan salah
satu pusat ilmu dan pengetahuan hadits. Meriwayatkan dari Imam Malik : Abu
Hanifah, Layts Ibn Sa'ad, Muhammad Ibn Hasan, Salamah Ibn Dinar, Mughurah Al
Makhzumi, Abdurrahman Ibn Mahdi, Ibn Wahb, Abdullah Ibn Abdil Hakam, dan lainnya.
ASAS MADZHAB MALIK
⏩ Madzhab Malik menetapkan dalil syara'
sebagai berikut : Nash Al Kitab, Dzohir Al Kitab(Lafadz Am), Dalil Al
Kitab(Mafhum Mukhalafah), dan Mafhum Al Kitab(Mafhum Awlawiy), dan semisalnya.
Sunnah pun dijabarkan seperti itu : Nash nya, Dzahirnya, Dalilnya, Mafhum nya,
serta yang menyerupai(syabaha) nya. Kemudian mereka menggunakan Ijma, Qiyas,
'Amaliyah Ahli Madinah, Qaul Shohabi, Al Istihsan, Sadd Adz Dzara'i, dan Al
Istishhab.
Di antara kutub(kitab-kitab) Imam Malik :
- Al Muwaththa
- Al Mujâlasât(yang disusun oleh muridnya, Ibn
Wahb, dari fatwa fatwa Imam Malik di majelisnya).
3. Madzhab Imam Syafi'i
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad Ibn Idris
Ibn Al Abbas Ibn Utsman Ibn Syafi Ibn As-Saib Ibn Ubayd Ibn Abdi Yazid Ibn
Hasyim Ibn Abdil Muthallib Ibn Abdi Manaf.
Lahir pada tahun 150 H di Gaza, Palestina. dan
wafat di Mesir tahun 204 H.
Tumbuh di Makkah, dan semenjak kecil telah
hidup fakir. Telah hafal AlQur'an usia 7 tahun, dan berguru pada Isma'il Ibn
Qusthantin(wafat 170 H), Ulama Penduduk Makkah pada saat itu. Ia juga belajar
kepada Sufyan Ibn Uyainah, Muslim Ibn Khalid Az Zinji, Said Ibn Al Qaddah,
Dawud Al 'Attar, dan Abdul Majid Ibn Abdil Aziz.
Imam Syafii kemudian rihlah(pergi menuntut
ilmu) di usianya 13 tahun ke Madinah, dan ia telah hafal Al Muwaththa(milik
Imam Malik). Imam Syafi'i bermulazamah(menemani Imam Malik dan belajar darinya)
dari tahun 163 H hingga wafatnya Imam Malik tahun 179 H. Selain kepada Imam
Malik, Imam Syafii pun berguru pada Ibrahim Al Anshori, Ibn Abi Fudayk,
Abdullah Ibn Nafi' dan yang lainnya.
Kemudian Imam Syafi'i melanjutkan pengembaraan
ilmunya ke Baghdad, dan belajar pada Imam Hasan As-Syaibani(wafat tahun 184 H).
Juga belajar pada Waki' Ibn Al Jarrah(wafat tahun 197 H), Abdil Wahhab Ats
Tsaqafiy(wafat tahun 194 H), dan Abu Usamah Al Kufi. Ia tinggal di Baghdad
beberapa lama, kemudian kembali ke negerinya Makkah, untuk memberikan
pengajaran. Tahun 195 H, pergi kembali ke Baghdad -saat usianya 45 tahun- dimana ia telah dikenal sebagai imam madzhab
tersendiri. Setelah itu pulang kembali ke Makkah, dan kembali lagi ke Baghdad
tahun 198 H. Sebentar saja Imam Syafi'i di Baghdad, ia memutuskan untuk pergi
ke Mesir.
Di Mesir ia banyak memberikan pengajaran ilmu.
Di sinilah lahir Qaul Jadid As Syafi'i.
Asas Madzhab As Syafi'i
⏩Para Ulama madzhab memiliki pandangan bahwa
dalil dalil syara' ialah : Al Kitab, As Sunnah, Ijma, dan Qiyas. Madzhab
Syafi'i memandang bahwa jika terdapat suatu masalah tidak ditemukan nash nya
secara jelas dari Al Kitab maupun As Sunnah, akan tetapi terdapat salah satu
pendapat sahabat di dalamnya, maka mereka lebih memilih mengambil pendapat
sahabat ketimbang mengambil qiyas. Dan jika pendapat sahabat ini merupakan
bagian dari ranah ijtihad, maka ditetapkan bahwa qaul sahabat tersebut bukanlah
hujjah bagi mujtahid yang lain(dipandang sebagai ijtihad, bukum hukum yang
qath'iy).
⏩ Imam Syafi'i juga memandang Qiyas sebagai
pandangan yang lebih lunak. Tidak bersikap keras dalam memandang Qiyas
sebagaimana Imam Malik. Imam Syafi'i bahkan menjadikan qiyas selayaknya
ijtihad(sehingga berpahala di sisi Allaah). Bahkan mengatakan : "Ijtihad
itu adalah Qiyas".
Salah satu ucapan terkenal dari Imam Syafi'i,
sebagaimana dituturkan oleh As-Subki :
"إذا صح الحديث فهو مذهبي"
"Jika suatu hadits telah shahih, maka
itulah madzhabku".(Risalah As-Subki, Hal. 85)
Di antara Ulama Ulama Madzhab Syafi'i ialah :
Abu Ishaq Al Isfirayyini (w. 418 H), Abu Ishaq As-Syirozi (w. 472 H), Imamul
Haromain(w. 478 H), Al Baghowi(w. 510
H), Tajuddin As-Subki (w. 771 H), Ar Rofi'i (w. 623 H), An Nawawi dan Ibn Hajar
Al-Asqalani.
4. Madzhab Imam Ahmad Ibn Hanbal
Beliau bernama lengkap Abu Abdillah Ahmas Ibn
Muhammad Ibn Hanbal Ibn Hilal Ibn Asad Ibn Idris Ibn Abdillah Ibn Hayyan.
Berasal dari daerah Marwa, akan tetapi kedua
orangtuanya pindah ke Baghdad hingga ia dilahirkan di Baghdad.
Beliau lahir pada bulan Rabi' Al Awwal tahun
164 H, dan wafat di hari jum'at tanggal 12 Rabi' Al Awwal tahun 241 H.
Beliau banyak melakukan pengembaraan dalam
rangka mencari hadits, diantaranya ke Makkah, Madinah, Syam, Yaman, Kuffah,
Bashrah, dan Jazirah Arab yang lain.
Diantara guru-gurunya ialah Sufyan Ibn
Uyainah, Ibrahim Ibn Sa'd, Yahya Al Qaththan, Husyaim, Waki', 'Abdurrazzaq dan
lainnya.
Berkata Abu Mushir tentang Imam Ahmad :
"Aku tidak mengetahui seseorang yang paling menjaga urusan agamanya selain
pemuda dari Masyriq(Timur) ini(yakni Ahmad Ibn Hanbal)".
Diantara peristiwa yang menimpanya ialah
peristiwa Mihnah(Ujian) para ulama dalam pendapat mereka soal : Apakah AlQur'an
itu makhluk atau Kalamullah . Pemanggilan pertama dilakukan oleh Khalifah Al
Ma'mun, tentang pendapatnya soal kemakhluqan AlQur'an. Hingga ia wafat dan
digantikan oleh Al Mu'tashim, ujian tersebut masih berlaku dan pada masanya
Ahmad Ibn Hanbal dipenjara selama 28 hari, karena menolak berpendapat bahwa
AlQur'an adalah makhluk(tahun 220 H). Pada masa Al-Watsiq billah, Imam Ahmad
akhirnya terbebas dari berbagai cobaan. Dan tatkala Al-Mutawakkil yang
berkuasa, ia amat memuliakan Imam Ahmad hingga Imam Ahmad memiliki kedudukan di
Kekhilafahan Al Mutawakkil, dan wafat pada masa pemerintahan beliau.
Imam Ahmad telah menyusun kitab kitab yakni
Al-Musnad, At-Tarikh, An-Nasikh wal Mansukh, dan Ar Radd 'ala Az-Zanadiqah fima
idda'at min mutasyabih al Qur'an, At Tafsir, Fadhail As Shohabah, Al Manasik,
Az-Zuhd, Al Asyribah, Al Masail, Al Ilal wa Ar-Rijal.
Telah meriwayatkan dari Imam Ahmad : Ibn
Shalih (w. 266 H), Ibn Abdillah (w. 290 H), Ahmad Al Atsram(w. 273 H), Abu Bakr
Al Marwazi(w. 275 H), dan lain lain.
Ibnul Qayyim memgatakan : "Imam Ahmad
adalah sosok yang kurang suka jika perkataannya yang dicatat. Ia lebih suka
untuk mendokumentasikan hadits". (A'lam Al Muwaqqi'in, 1/28-29)
Asas-Asas Madzhab Hanbali
Berkata lah Ibnul Qayyim : "Fatwa fatwa
Imam Ahmad dibangun atas lima landasan :
1. An Nushus. Jika ia menemukan nash, maka ia
berfatwa dengan ansh tersebut, dan tidak akan berpaling pada pendapat yang
lain.
2. Apa yang menjadi fatwa sahabat. Jika ia
menemukan sebagian fatwa sahabat, yang ia tidak menemukan pendapat yang
menyelisihi fatwa sahabat tersebut, maka ia tidak tinggalkan pendapat sahabat
tersebut.
3. Jika para sahabat berselisih atas suatu
masalah, maka Imam Ahmad akan memilih pendapat di antara mereka yang paling
dekat dengan Al Kitab maupun Sunnah.
4. Mengambil hadits mursal dan dlaif jika
tidak ada nash lain yang menolak keterangan hadits dlo'if tersebut. Hadist
Dlo'if dalam pandangan beliau sebetulnya adalah bagian dari hadits shahih,
dan hasan.
Ia tidak membagi hadits menjadi shahih, hasan,
atau dlo'if. Namun hanya membagi dua saja(shahih-dlo'if).
5. Menggunakan Qiyas jika memang dalam perkara
yang mendesak tidak ditemukan nash yang jelas. Ia menggunakannya dalam perkara
yang darurat(mendesak dan tidak ditemukan jalan yang lain dalam pengambilan
hukum).
Marâji' (Referensi) :
- Al Madkhal ila Dirâsat Al Madzâhib Al
Fiqhiyyah(Dr. Ali Jum'ah). Penerbit Dârussalam. Jilid 5. 1437 H/2016 M.